Memaknai Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012. Hari pendidikan nasional merupakan sebuah hari yang diperingati untuk menghormati jasa pahlawan pendidikan, yaitu Ki Hajar Dewantara. Hari pendidikan nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, yang merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai tanda jasa atas perjuangan beliau. Dengan perjuangan beliau, dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi seperti sekarang ini. Dahulu pada waktu masih jaman penjajahan Belanda, pendidikan untuk warga pribumi tidaklah mudah. Segala sesuatunya butuh perjuangan.

Ki Hajar Dewantara, atau yang mempunyai nama asli Raden Mas Soewardi ini bahkan sempat di buang oleh kolonial Belanda akibat tulisan kritikan beliau yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Tulisan beliau mengkritisi masalah perayaan 100 tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis pada bulan November 1913. Perayaan tersebut dirayakan di tanah jajahan Indonesia, dan dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Setelah masa pembuangan tersebut, beliau kemudian mendirikan organisasi Taman Siswa, yang menjadi cikal bakal pendidikan di Indonesia.

Di masa sekarang ini, pendidikan tidaklah sesulit jaman dahulu. Pendidikan bisa dinikmati oleh hampir semua kalangan. Walaupun ada juga beberapa kalangan yang menganggap pendidikan merupakan sesuatu yang mahal. Begitu pentingnya pendidikan bagi semua elemen masyarakat untuk kemajuan bangsa, bahkan agama Islam juga mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, dari lahir sampai liang lahat. Dalam tatanan pemerintahan pun, anggaran biaya untuk pendidikan sangat besar, sesuai dengan amanat undang-undang. Walaupun dalam pelaksanaanya entah sesuai atau tidak. Yang jelas, pendidikan merupakan dasar yang kuat bagi suatu bangsa.

Pendidikan mempunyai arti dan pengertian yang sangat luas. Komponens-komponen dalam pendidikan harus bisa saling terintegrasi untuk membangun pendidikan. Misal pendidikan formal di sekolah, bukankah ada Guru sebagai pendidik, siswa, sarana-prasarana dan sebagainya. Kata-kata peninggalan dari bapak pendidikan nasional yang sangat terkenal adalah “ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani“. Di depan (guru) memberi contoh, di tengah (guru) memberi bimbingan, dan di belakang (guru) memberikan dorongan.

Makna Hari pendidikan Nasional
Sumber: bppk.depkeu.go.id

Lalu bagaimanakah makna hari pendidikan nasional sekarang ini? Apakah kita masih harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak? Tentu saja jawabannya iya. Banyak cara untuk memaknai makna hari pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, banyak hal-hal yang sangat menarik kalau dibahas. Misalnya saja mengenai sistem Ujian Nasional yang selalu saja ada masalah-masalah klasik yang menyertai. Tanpa dibahas pun, pembaca sudah banyak yang tahu.

Apakah pendidikan sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh cita-cita bangsa yang dituangkan dalam undang-undang? Mungkin kalau dilihat dari segi kuantitas, sekarang ini jauh lebih banyak orang yang bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dahulu. Tapi apabila dilihat dari segi kualitas, apakah kualitas pendidikan sekarang ini sudah lebih baik dari dahulu? Dengan banyaknya siswa yang membolos pada saat jam pelajaran sekolah, makin maraknya tawuran antar pelajar, kemrosotan moral pelajar, dan sebagainya. Tetapi jangan lupakan juga anak-anak kita yang juga sukses di dunia pendidikan dalam menjuarai berbagai lomba di tingkat nasional. Sudah adil dan meratakah pendidikan di negara kita Indonesia ini?

Adil dan meratakah  pendidikan di Indonesia?
Sumber: skyrider27.blogspot.com

Makna hari pendidikan bagi tiap orang dan tiap kalangan pasti berbeda-beda. Bagaimakah makna hari pendidikan nasional menurut pembaca sekalian? Silakan di share. Selamat hari pendidikan nasional, jayalah terus dunia pendidikan Indonesia.

51 Replies to “Memaknai Hari Pendidikan Nasional”

  1. Susah kalau bicara Pendidikan di Indonesia pada umumnya…
    Kayaknya perlu ditata ulang alias dirombak total Mas.
    Terutama pada Struktur Kurikulumnya.
    Sudah saatnya diadakan perampingan beban belajar.
    Hal lain yang musti ditata adalah pemerataan, baik fasilitas maupun akses.
    Selama kondisi daerah ada kesenjangan yang tinggi, susah kita menilai Pendidikan Nasional…

    1. Berarti lebih condong ke Pendidikan Daerah dulu ya pak? Memang masih sangat banyak ditemukan kesenjangan yang sangat ‘njomplang’ di bidang pendidikan di beberapa daerah. Ada sekolah yang sangat bagus, prestasi tidak diragukan, fasilitas dan prasarana lengkap, tapi masih banyak pula sekolah yang bahkan ruang keals pun tidak layak dipakai, atau malahan tidak punya sama sekali.
      Kalau pendidikannya saja sudah seperti itu, bagaimana bisa maju bangsa ini.
      Tapi inilah faktanya. Ironi.

  2. Ya semoga aja di Hardiknas ini, pemerintah bisa ningkatin kualitas pendidikan di Indonesia. Gak hanya memeratakan hak untuk belajar bagi anak-anak, juga memeratakan fasilitas sekolah, terus peningkatan kesejahteraan guru juga penting.

    1. Aamiin mas Faisal, kalo berbicara tentang pendidikan banyak banget yang bisa disoroti. Ya intinya kualitas di bidang pendidikan terus ditingkatkan, semoga.

    1. Iya mas, gimana kemaren Semarang Night Carnivalnya? Aq gak sempet nonton je, katanya pada bubar gara-gara ujan yah?
      Ya semoga terwujudkan Semarang Setara nya 🙂

  3. 2 mei ulang tahunnya adek saya jg mas :p

    smoga pendidikan di indonesia semakin maju biar indonesia bs bersaing dengan negara lain

    1. Wah ulang tahunnya bareng sama kota Semarang tuh mas, tanggal 2 Mei.
      Aamiin, moga aja gitu mas. Biar Indonesia gak ketinggalan sama negara lain. Masa dulu Malaysia aja yang gurunya dari Indonesia bisa seperti sekarang, Indonesia malahan makin banyak masalah saja sekarang ini. Humph.

      1. yahh begitulan indonesia hehehehe
        btw mas mau tanya, gmn agar setiap judul postingan di klik, bukannya di new tab 😀

  4. Kalo saya sih berharap pemerintah semakin memperhatikan dunia pendidikan, terutama yang ada di daerah2, bukan hanya perkotaan saja.
    Bagaimana ada kesejajaran pendidikan kalau pemerintah aja suka pilih2 kasih…

    1. Pendidikan sebagai dasar suatu negara, oleh karena itu para founding father negara kita begitu memperhatikan pendidikan, dan mengalokasikan 20% dari anggaran. Tapi kenyataannya masih banyak terjadi ketimpangan dan kesenjangan sosial antara pendidikan di kota-kota besar dengan pendidikan didaerah terpencil. Miris.

  5. Bagaimanapun bentuk pendidikan sekarang di negara Kita Indonesia, semoga kedepannya selalu menjadi semakin baik sehingga bisa menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
    Semoga.
    Salam kenal, salam sukses.

    1. Aamiin mas, mudah-mudahan aja kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat, tanpa ada lagi kemerosotan moral.
      Sala kenal juga, sukses selalu.

  6. Banyak hal yang perlu dibenahi dalam pendidikan Indonesia, kayaknya pendidikan Indonesia banyak yang worst aja, soalnya bnyak ilmu yang gak kepake pas Di lingkungan kehidupan. 🙁

    1. Untuk ilmu aplikatif memang porsinya lebih sedikit daripada ilmu teori. Untuk soal ilmy yang kita terima kepakai atau tidak sebenarnya kepakai sih, cuma mungkin porsinya lebih kecil.

  7. Tapi skrng banyak orang yg sudah mencampa , dan tidak mau tau atau pura-pura gak tau .
    malahan makin banyak orang yang nggak tau kapan hari pendidikan itu

    1. Kemereosotan nilai moral dan patriotisme terhadap bangsa ini sepertinya sedang melanda para generasi penerus bangsa, sehingga mereka sering acuh dan “seperti” tidak mengingat jasa parah pahlawan dahulu kala.

  8. Kuatkan dulu pendidikan dalam lingkup keluarga. Karena dari lingkup paling kecil itulah seorang manusia akan tumbuh dan berkembang. 🙂

    1. Yuyps, benar sekali. Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama, jadi jika pondasi pertama ini sudah kuat maka akan mempengaruhi ke depannya.

  9. Yang paling mendasar yang harus dibenahi dari sistem pendidikan kita adalah “pola pikir bahwa pendidikan bukan sekedar untuk jual beli nilai”. Sangat memprihatinkan ketika ternyata kita sering mendengar kalimat seperti ini,

    “Pak ko ribet amat sih, langsung rumusnya saja Pak. Trus contoh soalnya saja. Kalo harus baca teori panjang – panjang ini tambah pusing dan juga ndak mudeng. Toh pas ngerjain soal, kita juga cuma pake rumusnya langsung”

  10. Lanjutan komen di atas (ndak muat katanya max 1000 karakter)….

    Inilah pola pikir yang harus dibenahi. Sebab jika belajar dengan cara seperti maka benar saja akan muncul perkataan, “wah banyak pelajaran di sekolah yang ndak bermanfaat. Mana ada klo kerja ditanya sejarah, geografi, fisika apalagi matematika” karena ketika belajar kita cuma menyerap contennya saja. Padahal menurut saya, yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita melatih logika dan moral ketika belajar pelajaran di sekolah. Dengan demikian semua pelajaran akan berguna ketika ada di kehidupan real.

    Maaf, lebay tulisannya. Soalnya gemes kalo sudah bicara soal pendidikan di negara kita ini.

    1. Lengkap sekali mas Tutur, memang dunia pendidikan di Negara kita ini tidak akan pernah habis kalau dibahas. Ada saja masalah yang terjadi, dan seringkali lempar tanggung jawab dan saling menyalahkan antar pihak. Pendidikan sebagai suatu sistem, banyak komponen unsur-unsur di dalamnya yang saling terkait. Jika tujuan dari pendidikan hanyalah untuk mencapai Nilai, maka salah besar. Justru proses yang lebih penting menurutku. Memang kurikulum pendidikan sekarang ini banyak yang merasakan kurang bermanfaat di kehidupan sehari-hari, tapi bukankah tidak salah kalau membekali siswa sebagai persiapan.
      Ah jadi ngomong gak jelas gitu kalau tentang pendidikan , xixixixi 😀

  11. Saat ini pendidikan belum melahirkan modernisasi yg sesungguhnya dalam arti yaa modern secara fisik, melahirkan sarana dan prasarana kemajuan jaman dan juga modern secara pola pikir, moral dan karakter. Saat ini mungkin baru modern secara semu, alias baru kulitnya bungkusnya dan belum menyentuh sampai ke ruhnya sesuai dg salah satu bait dalam lagu Indonesia Raya “bangunlah jiwanya” baru “bangunlah badannya” atau fisik sarana dan prasarana dll , kalau meminjam istilah Ari Ginanjar peendidikan harus melahirkan kecerdasaan Intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (ESQ)

    1. Pendidikan harus melahirkan kecerdasaan Intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (ESQ) saya sangat setuju mas, itu sudah mencakup banyak hal. Tapi dalam kenyataannya, sangat susah untuk mewujudkan pendidikan yang ideal bagi semua. Jika dimulai sejak dini dan dari diri sendiri mungkin bisa merubah dunia pendidikan yang sudah kurang jelas ini….

  12. kok komentar yg pertama ilang …
    Yg perlu ditekankan lagi barangkali pendidikan yg juga mengedepankan dlm pembentukan karakter building (pendidikan berbasis karakter) karena bangsa ini saat ini sedang/sudah kehilangan karakter atau jati dirinya sehingga slogan “ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI” mungkin masih sangat jauh dari harapan, lihat saja para petinggi, para pemimpin, para tokoh yg mestinya bisa jadi panutan serta tuntunan kenyataannya malah justru jadi “tuntutan” dan “tontonan”, yg di tingkat grass root juga gampang ikut2an mudah dikompor2i dihasut dll

    1. Gak ilang mas Alwi, tapi entah gatau kenapa masuk spam.
      Kalo menurut Da’i Sejuta Umat, karakteristik masyarakat sekarang seperti daun-daunan kering, sangat mudah dikumpulkan, kalau sudah kumpul brisiknnya minta ampun dan sangat mudah dibakar [amarahnya]. Yang jadi pemimpin juga sekarang sudah tidak mewakili aspirasi rakyat, kebanyakan mewakili aspirasi perut mereka dan golongan sendiri.

  13. makna hari pendidikan tidak dapat kita rasakan lagi. sudah banyak perbedaan dalam pendidikan. mungkin dalam segi pelarajaran memang sudah maju tetapi jika kita lihat lulusan” yg ada sangatlh lebih baik zaman dulu. karena zaman dulu semua orang saling menghargai dan mengerti norma. zaman sekarang anak” muda sudah banyak yg melupakan hal tersebut. banyak yg sibuk dengan tauran bukan belajar. nice post 🙂

  14. masing2 kita harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjawab tantangan bangsa ini ke depan dalam membangun pendidikan Indonesia yang lebih maju, bermartabat dan setara dengan bangsa lain dalam ilmu pengetahuan.

  15. Dengan diperingatinya Hari Pendidikan Nasional semoga pendidikan di Indonesia semakin membaik dan bisa sejajar dengan negara-negara maju lainnya … 😀

    1. Aamiin, harapannya tidak hanya bisa sejajar dengan negara-negara lainnya, tapi semoga saja bisa lebih baik dari negara-negara lainnya 🙂

    1. Kadang ada anak jalanan yang lebih memilih ngamen atau mencari uang ketimbang memperoleh pendidikan, di sinilah peran orang tua seharusnya untuk mencegah hal-hal tersebut.

  16. Pendidikan Indonesia masih kalah jauh dengan tetangga kita. uniknya dulu Malaysia belajar ke tempat kita, justru malah sekarang jadi terbalik. Dimanakah masalahnya?

    1. Betul sekali mas, dahulu negara tetangga membutuhkan guru-guru dari negara kita, tapi sekarang malahan negara-negara tersebut lebih maju ketimbang negara kita. Jadi inget perkataan Ustad Yusuf Mansur, bahwa dulu Indonesia juga mengirimkan guru-guru ngaji yang hebat ke negara Arab, tapi sekarang malahan hanya mengirimkan TKI.

  17. Pendidikan konon katanya merupakan kewajiban bagi bangsa indonesia, namun sampei sekarang masih banyak anak bangsa yg tidak memiliki akses terhadap pendidikan…

    1. Sebenarnya dengan jelas undang-undang mengatur pendidikan untuk anak-anak, tetapi dalam kenyataannya masih sangat banyak ditemui anak-anak tidak bersekolah. Ironi negeri ini.

  18. menurut saya, memaknai hari pendidikan nasional dengan ikut menjadi donatur jalur pendidikan di daerah IDT atau kurang mendapatkan fasilitas melalui elemen masyarakat yang perduli secara tulus. program bos belum sepenuhnya keranah mereka, sekolah internasional hanya bisnis semata, guru sebagai sumber ilmu sekarang sebagai ladang bisnis.

    1. Memang pendidikan di negara kita ini masih sangat jauh dari kata merata, terjadi kesenjangan yang sangat “njomplang” antara pendidikan yang diterima di daerah-daerah pelosok dengan daerah-daerah di kota. Ya inilah wajah dunia pendidikan kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *